Terkadang aku berpikir. Di surga, aku tak bisa menulis puisi dan syair cinta. Apa yang sanggup diucapkan oleh penyair ketika keindahan dan ketidak-indahan tiada beda? Aku pun tak ingin menetap di neraka, di sana diriku akan lelah dipeluk erat oleh nestapa. Apa yang layak dikatakan penyair di kala kepedihan dan ketidak-pedihan adalah sama? Aku hanya ingin selalu bersama Tuhan, sebab Ia adalah satu-satunya syair yang tak bisa diucapkan oleh kata-kata. Apa yang bisa dilantunkan penyair di mana Tuhan dan tidak ada Tuhan sama sekali berbeda?
0 comments: